Thursday, 22 March 2012

4 Perkara Yang Perlu Diketahui

Nabi Muhamad SAW bersabda:
” Ada empat perkara yang berharga dalam diri manusia dan dia bisa hilang dengan empat perkara juga.
Adapun yang berharga itu yaitu…Akal, Agama, Malu dan Amal soleh.
Maka….

1. Akal bisa hilang disebabkan marah.
2. Agama bisa hilang disebabkan dengki.
3. Malu bisa hilang disebabkan tamak.
4. Amal soleh bisa hilang dan terhapus disebabkan suka menceritakan keburukan orang lain.

Manusia akan menghadapi empat penarikan diantaranya:
1. Malaikat pencabut nyawa akan menarik rohnya.
2. Para ahli waris akan menarik hartanya.
3. Ulat akan menarik tubuhnya.
4. Orang yang dimusuhi ,dianiayai akan menarik barang kepunyaannya di hari kiamat yaitu AMALNYA.

Dari Ali r.a yang berkata: Sesungguhnya amalan yang paling sulit adalah empat macam:
1. Memberi maaf pada waktu marah.
2. Suka memberi pada waktu susah.
3. Menjauhi yang haram pada waktu sunyi.
4. Mengatakan yang hak kepada orang yang ditakuti atau kepada orang yang diharapkan sesuatu darinya.

Dari Hatim Al-Asom yang berkata: Empat perkara yang hanya diketahui oleh empat jenis orang akan nilainya yaitu:
1. Nilai masa muda hanya diketahui oleh orang tua-tua
2. Nilai kedamaian hanya diketahui oleh orang yang pernah ditimpa bencana
3. Nilai kesehatan hanya diketahui oleh orang-orang sakit.
4. Nilai kehidupan hanya diketahui oleh orang-orang yang telah mati.

Oleh : Ahmad Hassanudin

Mengenal ilmu hadits ( mustholah al-hadits ) - 1. Muqoddimah & pengertian assunnah

Mengenal ilmu hadits ( mustholah al-hadits )

Muqoddimah ( Pengantar )

Segala puji bagi Allah s.wt yang telah menurukan Al-qur’an sebagai anugerah yang besar kepada kamu muslimin, dan Dia juga lah yang telah menjaga Al-qur’an sampai akhir zaman nanti, dan Dia telah menjadikan kesempurnaan dari penjagaan-Nya terhadap Al-qur’an dengan cara menjaga sunnahnya penghulu para nabi s.a.w.

Sholawat dan salam keharibaan junjungan kita nabi Muhammad s.a.w, yang Allah s.w.t telah menjadikan pengutusan beliau s.a.w sebagai penjelas dari apa yang dikehendaki-Nya dari Al-qur’an, Allah s.w.t berfirman : “ wa anzalnaa ilaika adzikra litubayyina linnaasi maa nuzzila ilaihim wa la’allahum yatafakkaruun ( dan Kami telah turunkan kepada engkau ( Muhammad ) adzikra (sunnah) untuk menjelaskan kepada manusia dari apa yang di turunkan kepada mereka (Al-qur’an), dan agar mereka berfikir ) “ [ QS Annahl : 44 ]. Maka pengutusan Muhammad s.a.w adalah untuk menjelaskan Al-qur’an dengan perkataan-perkataannya, perbuatan-perbuatannya, keputusan-keputusannya dengan cara yang terang dan jelas.

Keridho’an semoga tercurah bagi para sabahat r.a yang telah mengaji dan belajar dari rasul s.a.w, lalu menjaganya dan mengajarkannya kepada kaum muslimin dengan penuh amanah sebagaimana yang mereka pelajari dari rasul s.a.w.

Rahmat dan ampunan semoga Dia berikan kepada orang-orang soleh terdahulu yang telah menjaga sunnah dari masa ke masa dengan cara meletakan kaidah-kaidah yang mendalam untuk menjaga sunnah dari pelencengan dan pengrusakan.

Pahala dan ganjaran yang besar semoga Dia berikan kepada para ‘ulama setelah generasi terdahulu yang telah mempelajari kaidah-kaidah periwayatan sunnah, lalu kemudian mengumpulkan dan membukukannya dalam karya-karya tulis (kitab-kitab) mereka, yang kemudian mereka namakan dengan (( ilmu mustholah al-hadits )).

Pengertian Assunnah

Assunnah dari segi bahasa berarti cara / metode ( athoriiqoh ) yang baik ataupun yang buruk, sebagaimana sabda rasul s.a.w : “ man sanna sunnatan hasanatan falahu ajruha wa ajru man ‘amila biha ba’dahu min ghairi an yanqusha min ujuurihim syaiun, wa man sanna sunnatan sayyiatan falahu wizruha wa wizru man ‘amila biha min ba’dihimin ghairi an yanqusha min ujuurihim syaiun ( barang siapa menetapkan ( memulai suatu perbuatan ) kebaikan maka baginya pahala amalnya dan pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka, dan barang siapa menetapkan suatu keburukan maka baginya dosa amalnya dan dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka “.

Pengertian assunnah secara istilah ; para ‘ulama memiliki pengertian berbeda ketika menggunakan istilah assunnah, penggunaan istilah assunnah bagi ‘ulama adalah sebagai berikut :

Assunnah dalam istilah ‘ulama fiqh : Segala sesuatu ( amalan ) yang jelas datangnya dari rasul s.a.w dan hukumnya bukanlah wajib, bagi yang mengerjakannya akan mendapatkan pahala dan yang meninggalkannya tidak berdosa. Dengan kata lain sunnah dalam istilah fiqh adalah hukum dalam beramal ; jika dikerjakan mendapat pahala, dan jika ditinggalkan tidak berdosa.

Assunnah dalam istilah ‘ulama ushul : Semua yang diriwayatkan dari rasul s.a.w baik berupa perkataan, perbuatan maupun penetapan. Pembahasan sunnah bagi ‘ulama ushul adalah sebagai kaidah yang nantinya akan menjadi aturan / dalil dalam menetukan hukum. Dalam ushul fiqh kita akan pelajari bahwa landasan utama hukum dalam islam yang disepakati kaum muslimin adalah ; Al-qur’an, assunnah, ijma’, qiyas.


Assunnah dalam istilah ‘ulama hadits : Semua yang diriwayatkan dari rasul s.a.w baik berupa perkataan, perbuatan, penetapan, sifat-sifat dirinya (tubuh), dan akhlaq beliau s.a.w sebelum atau pun setelah kerasulan. Akan tetapi kaum muslimin sepakat, bahwa yang wajib di amalkan adalah sunnah setelah kerasulan.

Pembahasan ‘ulama hadits mengenai sunnah adalah bahwa rasul s.a.w sebagai imam yang menunjukan kepada jalan hidayah, dan rasul s.a.w adalah sebagai contoh dan suri tauladan dalam kehidupan. Maka sunnah dalam pengertian ini adalah semua yang berhubungan dengan rasul s.a.w dari perkataan, perbuatan, penetapan, sifat diri, juga akhlaq baik yang menjadi landasan hukum syariat ataupun tidak.

Dan sunnah dalam pembahasan ‘ulama hadits ini sama artinya dengan al-hadits annabawiyah ( hadits-hadits nabi ).


Sumber :

- Al-madkhol ilaa assunnah annabawiyah, Prof. Dr ‘Abdu al-muhdi ‘Abdu al-qaadir, maktabah al-iiman.

- Taisiir mustholah al-hadiits, Dr Mahmud thohhan, maktabah al-ma’aarif

- Taarikh assunnah annabawiyah, Prof. Dr. khusyuu’I Muhammad al-khusyuu’I, Percetakan rasywaan.

- Al-manhaj al-muyassar fii mustholah al-hadiits, haafidz Muhammad al-afghani.

Oleh : Fadhil Salamah

Kekhususan Allah Dalam UluhiyahNya

Tiap kita sebagai makhluk terutama manusia memiliki ke-uluhiyah-an, itu yang disebut sifat ahad atau yang kita kenal Esa. Lihat sidik jari anda, itu adalah bukti keesaan anda, dan Allah adalah Maha Esa dan keesaan Allah pun memiliki kekhususan. Anda yakin bahwa Allah adalah Esa dengan ke-uluhiyah-annya, maka apa hal-hal yang bisa menunjukan bahwa Allah itu Esa dengan ke-uluhiyah-annya, akan saya jelaskan sbb:

1. Sifat Allah adalah Al-Sabqu, apa itu maknanya? adalah Dia yang awal tanpa ada akhir. Selain Allah adalah makhluk karena mempunyai awal dan ada akhir. Saya, anda, kita, kalian, ayah-ayah kita, kakek-kakek kita sampai nenek moyang kita adalah memiliki awal yaitu sejak terciptanya ayah kita Sayyidna Adam alaihi salam, para nabi dan para wali adalah memiliki awal yaitu sejak bermula dari kelahirannya dan penciptaannya, sehingga jelaslah bagi kita bahwa para nabi termasuk Nabi Muhammad adalah makhluk karena mereka punya awal dan ada akhir, begitu juga dengan para wali-wali Allah, maka selain Allah adalah makhluk.

2. Yang kedua adalah sifat Al-Ithlaaq, maksudnya adalah sifat yang memiliki kemutlakan yang absolut dan tidak bisa diganggu-gugat. jika belum faham akan saya jelaskan dengan menggunakan contoh yang mudah dan detail agar bisa dipahami. Misal, anda adalah orang yang Karim (mulia) dan Allah pun juga memiliki sifat Karim, tapi apakah sifat karim anda mutlak? saya katakan tidak, kenapa? karena sifat karim anda adalah; mungkin dari keturunan karena anda dari keturunan orang mulia, atau anda dapati sifat karim dari didikan, atau bisa jadi awalnya anda miskin kemudian jadi kaya dan sifat anda berubah menjadi karim setalah awalnya anda kikir atau jahat. Tapi sifat Karim Allah mutlak tidak ada batas, tidak ada awal dan tidak ada akhir. Para nabi dan para wali apakah mereka orang-orang mulia? iya, mereka mulia tapi mereka bukan Allah karena kemuliaan mereka adalah hasil pemberian sama seperti contoh anda yang sudah saya jelaskan diatas.

3. Sifat berikutnya adalah Al-Samardiyyah, Dia akhir yang akhirnya tidak ada yang tahu akhirnya terbatas sampai dimana. Masih seputar contoh dengan sifat karim anda diatas, muncul pertanyaan, "sampai kapan sifat karim anda hilang?" jawabannya adalah sampai anda mati, dan Allah tidak ada mati. Ketika anda mati karim anda hanya menjadi kenangan dan tidak ada efeknya lagi bagi orang-orang yang anda tinggali, sementara Karim Allah akan anda temui terus ketika anda masuk kubur, bangkit dari kubur, lewati sirat dan akan anda temui Allah dengan sifat Karimnya ketika anda berada pada dua simpang apakah menuju surga atau neraka, bahkan anda temui terus sampai anda ada di dalam salah satu dari dua tempat tersebut dan selamanya anda tidak akan pernah tau kapan berakhirnya sifat Allah tersebut. Para nabi dan para wali sekalipun tidak ada yang memiliki sifat ini.

4. Yang terakhir adalah sifat Al-Dzatiyyah, yaitu sifatNya adalah diriNya sendiri, tidak ada yang mengajarkanNya. Dia Karim, maka Karimnya Allah adalah diriNya, adapun karim anda adalah hasil dari usaha atau bahkan pemberian, termasuk para nabi dan para wali.

oleh : Anazel Talaohu

Mensyukuri yang Sedikit

Orang yang tidak pernah memuji Allah atas nikmat air dingin yang bersih dansegar, ia akan lupa kepada-Nya jika mendapatkan istana yang indah, kendaraanyang mewah, dan kebun-kebun yang penuh buah-buahan yang ranum.



Orang yang tidak pernah bersyukur atas sepotong roti yang hangat, tidak akanpernah bisa mensyukuri hidangan yang lezat dan menu yang nikmat. Orang yangtidak pernah bersyukur dan bahkan kufur tidak akan pernah bisa membedakanantara yang sedikit dan yang banyak. Tapi ironisnya, tak jarang orang-orangseperti itu yang pernah berjanji kepada Allah bahwa ketika nanti Allahmenurunkan nikmat kepadanya dan menyirami mereka dengan nikmat-nikmat-Nyamaka mereka akan bersyukur, memberi dan bersedekah.



Dan, di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah,"Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami,pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yangsaleh." Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian darikarunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan merekamemanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). (QS At-Taubah:75-76)



Setiap hari kita banyak melihat manusia model ini. Hatinya hampa, pikirannyakotor, perasaannya kosong, tuduhannya kepada Rabbnya selalu yang tidaksenonoh, yang tidak pernah memberi karunia yang besarlah, tidak pernahmemberinya rezkilah, dan yang lainnya. Dia mengucapkan itu ketika badannyasangat sehat dan serba kecukupan. Dalam kemudahan yang baru seperti itusaja, dia sudah tidak bersyukur. Lalu bagaimana jika harta yang melimpah,rumah yang indah, dan istana yang megah telah menyita waktunya? Yang pastidia akan lebih kurang ajar dan akan lebih banyak durhaka kepada Rabbnya.



Orang yang bertelanjang kaki, karena tidak punya alas kaki mengatakan,"Sayaakan bersyukur jika Rabbku memberiku sepatu." Tapi orang yang telahmemilikisepatu akan menangguhkan syukurnya sampai dia mendapatkan mobil mewah.



Kurang ajar sekali. Kita mengambil kenikmatan itu dengan kontan, namun mensyukurinya dengan mencicil. Kita tak pernah bosan mengajukankeinginan-keinginan kita, tapi perintah-perintah Allah yang ada disekeliling kita lamban sekali dilaksanakan.


oleh :Ella Jameela
***Sumber: Laa Tahzan (Jangan Bersedih!),Karya Dr. Aidh Al-Qarni, terbitan Qisthy Press.