kisah mbaku yang mulai menjalankan kewajiban
kau begitu cantik
" yaa ayyuhalladziina aamanuu quu anfusakum wa ahliikum naaran wa quuduha annaasu walhijaarotu 'alaihaa malaaikatun ghilaadzun syidaadun laa ya'shuunallaha maa amarahum wa yaf'aluuna maa yu'maruuna ( wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah batu dan manusia, yang di jaga oleh malaikat-malaikat yang keras dan bengis, yang selalu taat kepada perintah tuhannya dan tidak pernah membangkang ) {al-qur'an surat attahtim : 6 } ". ku dengarkan ceramah magrib itu begitu khusyu.
" sekarang kita lihat keluarga kita, ayah, kakak dan adik laki-laki kita, sudahkah mereka menjaga solat yang lima waktu, atau sudahkah mereka melangkahkan kakinya ke masjid tatkala mendengar adzan. Juga ibu, kakak dan adik perempuan kita, sudahkah mereka menutup aurat mereka secara benar ? meraka adalah tanggung jawab kita, untuk mengingatkan dan mengajak mereka kepada amalan-amalan agama, untuk kembali kepada Allah. Jika ada kebakaran di sebelah rumah kita, dengan serta merta kita berusaha semampu kita untuk menolong mereka dari kobaran api. dan mereka yang tidak menjalankan perintah Allah, pada hakikatnya mereka tengah bermain-main dengan api neraka ". mendadak hatiku tersentak, ku teringat keluargaku. Bapak yang belum ke masjid, jangankan ke masjid solat pun masih bolong-bolong. Ibu dan adik perempuanku yang belum menutup auratnya. Aku juga teringat keluarga besarku yang lain yang sama seperti keluargaku, jauh dari agama. Tidak terasa air mataku mengalir, aku menangis mendengar ceramah maghrib yang begitu menggugah.
***
" mba ! tolong beliin emak garem ama mecin di warung si encim dong ! " ku dengar suara ibu dari dapur, meminta adik perempuanku untuk membelikannya sesuatu di warung dekat rumah.
" iya mak ! " jawab adikku dari dalam kamarnya.
Adikku keluar menuju warung dengan mengenakan tank top biru dengan celana jeans buntung ketat yang biasa di pakainya.
" mau kemana kamu ?! " tanyaku ketika adikku sampai ruang tamu di mana aku sedang duduk-duduk membaca buku.
" ke warung encim, di suruh emak" jawab adikku singkat.
" pake pakean kaya gitu ?!" Tanyaku dengan nada ketus.
Adik ku mengangguk.
" ngga bisa, jangan pake pakean yang begitu, pake yang laen " larang ku kepada adikku.
" emang kenapa sih ? biasanya aku juga pake pakean begini, aa koq sekarang protes ?" sanggah adikku membela diri.
" baju kamu itu ! kaga pantes tau ga ?! baju koq aurat di buka ke mana-mana" nada suaraku pun agak mengeras.
" emang kenapa sih ? rese banget" adikku pun ketus
Aku pun berdiri dari dudukku mendekatinya.
" eh denger yah.. pokoknya kaga bisa, kalo kamu pake pakean begini, jangan kan keluar pintu garasi, keluar pintu rumah kaga bisa !" bentakku di hadapan adikku.
" aa rese banget sih " adikku berlari sambil menangis menuju kamarnya.
" apa-apaan kamu sih tom ?! bikin nangis adik kamu aja !". Ibuku datang dari arah dapur seraya protes.
" uwi noh keluar pake pakean begituan". Jawabku.
" lah terus kenapa ? biasanya juga begitu kan ? dan kamu juga ga protes" timpal ibuku.
" lah, pakean begitu kan udah buka-buka aurat, dan diliatnya juga kaga pantes ". aku membela diri.
" eh, da'wah tu ngga begitu caranya ! Maen paksa begitu.. apa-apan kamu ?! " protes ibuku.
" pokoknya ga bisa ! kalo pake pakean yang begitu pokoknya ga bisa !". Aku tetap mempertahankan pendapatku. emosiku semakin memuncak, suaraku dihadapan ibuku semakin meninggi, kami saling mempertahankan argument kami. Ibu yang tidak setuju dengan cara da'wahku, dan membela adikku, dan aku yang keras dengan pendirianku.
" pokoknya kalo pake pakean kaya gitu ga bisa !! brak !! " suaraku lantang di hadapan ibuku, sembari membanting pintu rumah dan pergi meninggalkan ibu yang berdiri emosi dan adikku yang menangis di atas kasurnya.
Dengan emosi yang masih mengepul di dalam dada dan pikiran yang berkecamuk di kepala, ku ayunkan langkah kakiku menuju masjid, ku ambil air wudhu kemudian solat dua rakaat, dan bersimpuh di hadapan Dia, yang Maha Mendengar curahan hati tiap hamba-Nya.
" wahai Dzat yang Maha Mendengar, aku datang bersimpuh di hadapan Mu dengan segala kelemahanku, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar keluhan tiap hamba Mu, dan hanya kepada Engkaulah kami mengadu.. ya Allah, ampunilah dosa hamba, dosa kedua orang tua hamba, dosa adik-adik dan keluarga hamba.. ya Allah sungguh yang hamba inginkan adalah kebaikan, hamba tidak bermaksud melawan ibu, atau membuat adik menangis, sungguh hamba menginginkan kebaikan untuk keluarga hamba, wahai yang Maha Pengampun dan Maha Bijaksana, ampunilah dosa-dosa dan kesalahan kami dan tunjukanlah hamba jalan-Mu, berikanlah hamba dan keluarga hamba hidayah dan taufik untuk mentaati-Mu, dan jadikan kami sebab hidayah bagi orang lain ". air mata ku mengalir bak anak sungai, ku curahkan segala penyesalan, kesedihan, harap dan pintaku kepada-Nya.
***
" assalamu'alaikum bang "
" wa'alikum salam, eh tomo, apa kabar ? " jawab haji sa'id sambil tersenyum. Haji abdul halim sa'id adalah tetanggaku, berasal dari suku bugis, aku memanggilnya abang, dialah yang telah berjasa dengan sabar membimbingku untuk mengenal agama. Sebelumnya kehidupanku sangat jauh dari agama, dahulu aku termasuk anak yang nakal, jarang mengerjakan solat, senang mencoba hal-hal baru sampai kepada yang di haramkan agama, ku habiskan sebagian besar waktuku nongkrong di jalan bersama gengku. Baru beberapa bulan ini haji sa'id pindah di dekat rumahku, aku pun mulai mengenalnya, dan sebab kasih sayang beriring kesabaran, Allah telah membuka hatiku untuk meninggalkan kebiasaan burukku, mulai mempelajari agama dan mendalaminya. Sebenarnya aku bisa dikatakan baru tobat dari dunia hitamku dan sedang semangat-semangatnya dalam belajar agama dan da'wah.
" alhamdulillah bae bang, bang.. ada yang mao saya sampein ni bang " sambil ku duduk mendekat di hadapan beliau. Selepas isya kami biasa duduk-duduk sambil berdiskusi di dalam masjid.
" o.. boleh, ada apa nih " suaranya begitu ramah menyejukkan hatiku.
" begini bang, tentang saya dan keluarga " aku pun mulai menceritakan perihal diriku kepada 'abang' ku. Tentang kondisi keluargaku yang masih jauh dari agama, tentang kerisauan ku kepada mereka dan keinginan untuk mengajak mereka kepada amalan-amalan agama. Aku juga jelaskan bagaimana cara ku berda'wah kepada keluarga ku dan hasil yang ku dapat, berupa pertengkaran dan protes dari pihak keluarga.
" hoo, bukan begitu caranya tom " abang tersenyum mendengar curhat ku.
" kalo gitu caranya, bukannya jadi deket dan simpati, tapi malah bikin orang jauh dari da'wah kamu "
" terus, saya harus gimana dong bang ? " Tanya ku penasaran.
" dengan akhlak " jawabnya.
" da'wah ga harus dengan perkataan, justru dengan akhlak dan perbuatanlah yang membuat orang simpati dengan da'wah " lanjutnya kemudian.
" kita perbaiki akhlak kita, sifat-sifat buruk kita, lembut, ramah, murah senyum, ringan tangan, kita contoh bagaimana rasul s.a.w dalam berda'wah. Beliau s.a.w berda'wah dengan akhlak dan contoh yang baik " ku dengarkan penjelasan abang dengan seksama. Aku rasakan memang selama ini da'wah ku begitu keras dan kasar, jauh dari yang namanya lembut dan ramah. Maklum, namanya juga baru mengenal agama dan begitu semangat dalam da'wah, tapi semangat yang tidak di iringi ilmu dan hikmah.
" tidak usah banyak bicara di rumah, tapi tunjukan akhlak yang baik. Kalo ibu dan bapak minta tolong, tomo yang paling depan. Kalo pulang sekolah, seragam, tas dan sepatu di rapihkan, kamar tomo selalu rapih dan wangi, habis makan cuci piring sendiri, kalo perlu baju tomo juga di cuci dan setrika sendiri. Menyapu , mengepel dan membersihkan rumah ga perlu di komando lagi. Kepada adik juga gitu, beri dia hadiah, makanan kesukaannya, atau temani adik ketika belajar dan berikan dia bantuan tatkala membutuhkan ". Subhanallah , semuanya belum belum pernah ku lakukan, walaupun ku telah tinggalkan dunia hitamku, tapi sifat keras, masa bodoh dan malas ku ternyata masih becokol dalam diriku. Aku pun menyadari kesalahan yang telah ku lakukan, aku hanya ingin keinginanku terpenuhi dalam waktu singkat, tanpa melihat kondisi diriku sendiri dan tidak perduli dengan perasaan orang lain di sekitarku.
" dengan begitu mereka akan simpati kepada kita, dan akan mudah mendengarkan dan menerima apa yang kita sampaikan. Dan perlu di ingat tom, dalam da'wah berilah kabar gembira dengan penuh kelembutan dan bahasa yang hikmah, jangan dengan ancaman, sikap keras dan bahasa yang kasar. Selain itu, hidupkan pula amalan-amalan sunnah dalam rumah, seperti tilawah al-qur'an, solat-solat sunnah, dhuha, tahajud, agar rumah kita penuh dengan nur ( baca : cahaya ) sebab amalan-amalan tesebut, agar malaikat senang bermain di rumah kita, dan sifat malaikat adalah ta'at kapada Tuhannya ". penjelasan abang ku dengarkan dengan begitu khusu'.
***
Ku mulai mempraktekan apa yang telah abang sampaikan kepadaku. Pulang sekolah, pakaian, tas, sepatu langsung tertata rapih. Membersihkan rumah pun rutin ku lakukan tanpa komando dari ibu, piring makanpun ku cuci sendiri, tiap kali ibu meminta bantuan aku tidak pernh menolak. Aku pun sering main ke kamar adikku dengan membawa coklat makanan kesukaannya, bercanda dengannya, mendengar curhat-curhatnya, juga membantunya dalam mengerjakan tugas-tugas sekolahnya, kebetulan aku dan adik bersekolah di tempat yang sama. Aku berusaha diam tidak banyak bicara, tapi banyak berbuat, walau hati ini miris melihat keluarga yang masih jauh dari amalan agama. Hati ku menangis melihat ibu dan adik perempuanku keluar rumah tanpa menutup auratnya, juga bapak yang masih belum melangkahkan kakinya ke masjid dan entah apakah terjaga juga solatnya.
Hubungan ku dengan anggota keluarga semakin membaik, mereka terkesan dengan perubahan yang ku alami, tidak lagi kasar dan marah-marah. Lebih rajin, ramah dan diam. Kata-kata yang terlontar dari mulutku pun bukan lagi kata-kata keras dan kasar. Keluarga ku pun senang dengan keberadaan ku di antara mereka. Ku juga hidupkan amalan-amalan sunnah di dalam rumah, seperti tilawah al-qur'an dan solat-solat sunnah, yang kata abang akan membuat rumah bercahaya dengan cahaya amal.
***
" a.. rora itu cantik yah.. " celetuk adik ku ketika kami sedang belajar bersama di ruang keluarga.
" rora ? " jawabku singkat dengan nada bertanya. Sebenarnya aku kenal dengan nama yang barusan adik ku sebutkan, tapi entah mengapa, aku seperti mendapat ilham untuk memancing adikku kepada suatu arah pembicaraan.
" iya rora, adikya teh dian " adikku beusaha menjelaskan.
" adiknya dian ? mm.. yang mana ya ? yang di kelas 1-7 yah ? " ku berusaha memancing adikku dengan nada bertanya.
" bukaaan.. jauh banget sih, itu lo Aaa yang pake jilbaab " akhirnya ! pancinganku mulai mengena.
" oo... kamu juga cantik tau kalo pake jilbab " timpalku sambil tersenyum.
Adikku diam, menunduk tersipu malu. Ku rasa adik ku menerima, dan aku bisa meneruskan kata-kataku.
" ini bener lo mba, aku ngga maen-maen, kamu pasti akan terlihat cantik dengan jilbab yang kamu kenakan, sebagaimana kamu menilai rora cantik dengan jilbabnya " adik hanya terdiam tersenyum mendengar apa yang aku sampaikan. ya, dia menerimanya. Aku terbiasa memanggil adikku dengan sebutan mba, sebab demikian pula ibu dan bapak memanggilnya di rumah.
" gini mba, segala sesuatu itu akan terlihat indah dan cantik ketika berada dalam fitrahnya, dan fitrah wanita adalah dalam jilbabnya ". ku berusaha memasukkan unsur da'wah dalam pembicaraan kami.
" iya.." jawab adikku.
" aku juga punya niatan kok untuk make jilbab " lanjutnya.
Subhanallah, begitu senangnya hatiku mendengar kata-kata yang terlontar dari mulutnya. Walau dia hanya mengatakan punya niat, tapi kata-kata itulah yang selama ini ku tunggu-tunggu.
" masya Allah.. aku seneng banget tau ngedengrnya mba, denger kamu punya niat pake jilbab dah buat hati ku berbunga-bunga " adik ku kembali tersipu malu mendengar kata-kata ku.
" mba.. niat berbuat kebaikan itu, sebaiknya cepat untuk di wujudkan, sehingga kamu pun cepat untuk mendapatkan kebaikan dari perbuatan tersebut. Trus.. jadi kapan dong kamu mau mulai pake jilbab ? " tanyaku memancing.
Adik ku terdiam sejenak.
" insya Allah kalo nanti naek kelas dua " jawabnya singkat.
Ya Allah, mataku berkaca-kaca, terharu bahagia mendengar jawaban dari adikku yang sangat ku sayang.
" alhamdulillah, mba.. aku seneng banget dengernya, terus di kuatin niatnya ya mba " ku berusaha memberinya semangat
" insya Allah, aa juga doain ya " jawabnya menyejukkan hatiku.
Hari itu adalah hari yang begitu bahagia bagiku, mendengar niatan adikku untuk mulai menutup auratnya di kelas dua.
***
Minggu depan sekolah masuk hanya hari senin, selasa dan kamis, bertepatan dengan hari libur nasional, dan rapat sekolah. Kami menyebut minggu itu HARPITNAS ( hari kejepit nasional ), teman-teman banyak yang merencanakan untuk tidak masuk selama satu minggu dan menghabiskannya untuk berlibur ke luar kota.
Dan adikku pun telah merencanakan untuk menghabiskan waktu liburnya di kuningan jawa barat, bersama novita adik ibu yang seumuran dengannya, dan bertepatan pula dengan undangan pernikahan salah satu anggota keluarga dari pamanku iparku, paman iparku menikah dengan cing irma adik ibu. Ibu dan bapak pun setuju dengan rencana liburan adikku.
" mba.. kemarenkan kamu niat mao make jilbab di kelas dua yah, masya Allah.. niat itu bagus banget mba ". ku mulai pembicaraan dengan adikku berdua di ruang keluarga.
" he emh " angguk adikku.
" minggu depan kan kamu rencana ga masuk sekolah nih, satu minggu itu waktu yang lama loh ngga ketemu ama temen-temen " lanjutku.
" iya sih, tapi ga apa-apalah, sekali-kali refresing, lagian rumah om ucu kan di kaki gunung ceremai. Tau ga A.. kami udah ngerencanain mao naek gunung tau, hehe " adikku terlihat begitu senang dengan rencana liburannya.
" wah asyik dong, duh sayang ya aku ga ikut, ku banyak kegiatan sih minggu depan, jadi ga bisa ikut " timpalku.
" gini mba.. kamu kan bakalan lumayan lama nih ga ketemu temen-temen, gimana kalo pas nanti masuk sekolah, kamu masuk dengan penampilan baru " aku mengajukan tawaran kepada adikku.
" maksudnya ? " adikku belum paham maksud pembicaraanku.
" kamu kan niat mau pake jilbab di kelas dua nanti, nah.. liburan ini kan lumayan lama, jadi gimana kalo niat kamu pake jilbab dimajuin minggu depan " jelasku.
Adikku terdiam.
" mba.. kamu udah punya niat yang mulia, niat yang baik, dan niatan baik itu sebaiknya cepat untuk di wujudkan. Coba pikir, berapa kebaikan yang akan kamu dapat jika kamu mempercepat niat baik kamu. iya kan ? kamu akan buat Allah senang, juga kebaikan dan pahala akan kamu dapatkan". aku berusaha membujuk adikku.
" iya sih " jawabnnya.
" tapi gimana ya.." adikku tampak ragu.
" gimana apanya ? " tanyaku.
" aku kan belom punya pakean muslim, batiknya ntar gimana, aa kan tau sendiri sekolahan kita kan ketat, kalo ngga pake seragam nanti di hukum " jawabannya membuat kati ku senang, ini pertanda adikku siap.
" jadi kamu setuju ? kalo masalah itu mah gampang, pokoknya nanti kamu seneng-seneng aja di kuningan, semuanya aku yang ngurus. Nanti aku yang beliin bahan batik dan jaitin untuk kamu, pokoknya kamu pulang semua beres deh, gimana ? ". tawarku berusaha menenangkan dan meyakinkannya.
Adikku berfikir sejenak.
" iya deh "
Akhirnya, jawaban yang kuharapkan terlontar dari mulutnya. Jawaban yang membuat hatiku begitu gembira.
" alhamdulillah " ku bersyukur kepada Allah atas hari ini.
" Insya Allah nanti aku ikut deh nganter kamu, jalannya besok, sabtu sore kan ? aku juga mau nginep sehari ah, pengen tau juga gunung ceremai kaya gimana "
Kami berangkat selepas asar menuju kuningan. ibu, bapak dan adik laki-lakiku pun ikut, sebab ibu dan bapak juga di undang untuk menghadiri resepsi pernikahan, walaupun tidak bisa hadir di hari H nya karena bapak harus masuk kerja. Lepas isya kami baru sampai di rumah pamanku. Di sana begitu ramai, semua keluarga pamanku kumpul guna menyiapkan resepsi pernikahan yang akan di laksanakan hari selasa. Rumah pamanku pun jadi ramai sekali, kami yang baru datang dari perjalan jauhpun sulit untuk beristirahat.
Pagi harinya aku dan keluarga menyempatkan diri untuk jalan-jalan di kaki gunung ceremai, pemandangannya begitu indah. Jam 10 pagi kami sudah sampai kembali di rumah pamanku, sebab jam satu siang ibu dan bapak berencana pulang kembali ke tangerang.
Adikku menghampiri ibu yang sedang menyiapkan tas untuk pulang.
" mak, aku kayanya ngga jadi nginep deh, aku mao pulang aja ". adikku mulai berbicara.
" loh kenapa ? katanya mao seminggu di sini, kan katanya masih mao naek gunung ? " Tanya ibuku.
" ga enak ah.. di sini rame banget, aku males jadinya " jawab adikku.
" kamu yakin mao pulang aja dan ga jadi nginep ? berarti kamu besok harus sekolah loh, liburnya ga jadi, kamu kan ada di rumah " ibuku ingin meyakinkan.
" iya, ga pa-pa lah ". sepertinya adikku tidak bisa di rubah lagi keinginannya.
" loh ?! kamu kok ikut naek ke mobil ? ". Tanya ku keheranan, melihat adikku membuka pintu mobil dan hendak masuk.
" aku ga jadi nginep, mao ikut pulang ajah ". jawab adikku sambil masuk dan duduk di belakang kursi bapak, aku duduk di kursi supir.
" kenapa ? katanya mau seminggu, kan masih mau naek ceremai ? " aku masih keheranan, tapi yang lebih menghawatirkan ku adalah, bagaimana niatnya untuk pakai jilbab kalau begini, aku pusing.
Aku terus berfikir selama perjalanan, mengenai niatan adikku untuk menutup auratnya setelah pulang dari kuningan, sedangkan rencana liburannya di batalkan. aduh bagaimana ini.
" mba.. trus gimana rencana kamu untuk pake jilbab ? " ku mulai bertanya kepada adikku.
" duh gimana ya.. " dia pun tampak bingung.
" masya Allah, mba.. kamu kan udah niat nanti kalo kelas dua, trus kamu majuin minggu depan, nah sekarang gimana kalo niat baik itu di jadiin besok aja ? " tanyaku lagi.
Adikku hanya terdiam. Aku pun mulai memberikannya semangat, tentang baiknya bersegera mewujudkan niat yang mulia, dengan janji pahala yang akan Allah berikan, aku terus berusaha meyakinkannya untuk mewujudkan niatnya yang mulia.
" duh gimana ya.. langsung gitu ya..? " tanyanya bimbang.
" nyantai aja lagi mba, ngga pa-pa, ni niat yang baik nih, jangan di tunda-tunda lagi, lagian kamu emang udah siap kan ? Cuma perkara waktu aja. ya udah.. di jadiin besok aja, ngga masalah kan " aku berusaha membujuknya.
" tapi gimana busana muslimnya, aku kan belom punya seragam muslimah untuk besok, jilbab, baju dan rok panjang kan belom ada, trus batiknya ? ". memang ketika itu adikku belum punya busana muslim, sebab ku baru akan membelikan bahan dan menjahitkan bajunya hari senin.
" mak toko barkah hari minggu bukakan ? ". tanyaku kepada ibuku.
" buka " jawab ibuku singkat.
" tuh..kalo emang kamu siap, mobil ini langsung aku belokin ke barkah dan kita belanja seragam muslimah buat kamu. Terus masalah batik, tenang aja nanti aku yang ngurus, aku yang bakalan ngomong ama pihak sekolah kalo kamu belom bisa pake seragam batik untuk minggu ini, aku juga kan cukup di kenal ama pihak sekolah ". ku berusaha meyakinkan adikku.
" gimana mba.. setuju ngga ? ". ku kembali bertanya.
Adikku terdiam, dia masih berfikir dan masih agak ragu. Aku pun terus berusaha membujuk dan meyakinkannya.
" iya deh, aku siap ". ya Allah, ku tidak dapat menggambarkan bagaimana senangnya hati ku ketika mendengar kesiapan adikku pada akhirnya.
" alhamdulillaah.. kalo gitu sekarang mobil ku belokin kebarkah ya, jadi kita ngga langsung ke rumah, kita belanja dulu buat mba uwi ".
***
Senin pagi, hari yang bersejarah untuk adikku dan juga bagiku. Hari ini adalah hari pertama baginya mengenakan busana barunya, busana fitrahnya, busana yang akan menjaga kehormatan dan kemuliaanya.
adikku pun keluar kamarnya dengan penampilan barunya, rok biru dan baju putih panjang, ditambah jilbab putih yang menutupi kepalanya, begitu cantik dan anggun. Air mataku pun berlinang, mengiri kebahagiaanku di pagi itu. Pagi itu begitu indah, begitu damai, begitu cantik.
Wahai adikku.. kau begitu cantik.. love you so much..
ku persembahkan tulisan ini untuk adikku tersayang, yang selalu ku rindu, semoga kau menjadi sohabiyah-sohabiyah akhir zaman, ku titipkan adik-adik kepadamu, bimbinglah mereka dengan penuh cinta, kasih sayang dan kelembutan.... dari aa mu yang selalu merindukanmu..
"ditulis oleh kakak saya fadhil salamah yang sedang menuntut ilmu di al-azhar cairo"
" yaa ayyuhalladziina aamanuu quu anfusakum wa ahliikum naaran wa quuduha annaasu walhijaarotu 'alaihaa malaaikatun ghilaadzun syidaadun laa ya'shuunallaha maa amarahum wa yaf'aluuna maa yu'maruuna ( wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah batu dan manusia, yang di jaga oleh malaikat-malaikat yang keras dan bengis, yang selalu taat kepada perintah tuhannya dan tidak pernah membangkang ) {al-qur'an surat attahtim : 6 } ". ku dengarkan ceramah magrib itu begitu khusyu.
" sekarang kita lihat keluarga kita, ayah, kakak dan adik laki-laki kita, sudahkah mereka menjaga solat yang lima waktu, atau sudahkah mereka melangkahkan kakinya ke masjid tatkala mendengar adzan. Juga ibu, kakak dan adik perempuan kita, sudahkah mereka menutup aurat mereka secara benar ? meraka adalah tanggung jawab kita, untuk mengingatkan dan mengajak mereka kepada amalan-amalan agama, untuk kembali kepada Allah. Jika ada kebakaran di sebelah rumah kita, dengan serta merta kita berusaha semampu kita untuk menolong mereka dari kobaran api. dan mereka yang tidak menjalankan perintah Allah, pada hakikatnya mereka tengah bermain-main dengan api neraka ". mendadak hatiku tersentak, ku teringat keluargaku. Bapak yang belum ke masjid, jangankan ke masjid solat pun masih bolong-bolong. Ibu dan adik perempuanku yang belum menutup auratnya. Aku juga teringat keluarga besarku yang lain yang sama seperti keluargaku, jauh dari agama. Tidak terasa air mataku mengalir, aku menangis mendengar ceramah maghrib yang begitu menggugah.
***
" mba ! tolong beliin emak garem ama mecin di warung si encim dong ! " ku dengar suara ibu dari dapur, meminta adik perempuanku untuk membelikannya sesuatu di warung dekat rumah.
" iya mak ! " jawab adikku dari dalam kamarnya.
Adikku keluar menuju warung dengan mengenakan tank top biru dengan celana jeans buntung ketat yang biasa di pakainya.
" mau kemana kamu ?! " tanyaku ketika adikku sampai ruang tamu di mana aku sedang duduk-duduk membaca buku.
" ke warung encim, di suruh emak" jawab adikku singkat.
" pake pakean kaya gitu ?!" Tanyaku dengan nada ketus.
Adik ku mengangguk.
" ngga bisa, jangan pake pakean yang begitu, pake yang laen " larang ku kepada adikku.
" emang kenapa sih ? biasanya aku juga pake pakean begini, aa koq sekarang protes ?" sanggah adikku membela diri.
" baju kamu itu ! kaga pantes tau ga ?! baju koq aurat di buka ke mana-mana" nada suaraku pun agak mengeras.
" emang kenapa sih ? rese banget" adikku pun ketus
Aku pun berdiri dari dudukku mendekatinya.
" eh denger yah.. pokoknya kaga bisa, kalo kamu pake pakean begini, jangan kan keluar pintu garasi, keluar pintu rumah kaga bisa !" bentakku di hadapan adikku.
" aa rese banget sih " adikku berlari sambil menangis menuju kamarnya.
" apa-apaan kamu sih tom ?! bikin nangis adik kamu aja !". Ibuku datang dari arah dapur seraya protes.
" uwi noh keluar pake pakean begituan". Jawabku.
" lah terus kenapa ? biasanya juga begitu kan ? dan kamu juga ga protes" timpal ibuku.
" lah, pakean begitu kan udah buka-buka aurat, dan diliatnya juga kaga pantes ". aku membela diri.
" eh, da'wah tu ngga begitu caranya ! Maen paksa begitu.. apa-apan kamu ?! " protes ibuku.
" pokoknya ga bisa ! kalo pake pakean yang begitu pokoknya ga bisa !". Aku tetap mempertahankan pendapatku. emosiku semakin memuncak, suaraku dihadapan ibuku semakin meninggi, kami saling mempertahankan argument kami. Ibu yang tidak setuju dengan cara da'wahku, dan membela adikku, dan aku yang keras dengan pendirianku.
" pokoknya kalo pake pakean kaya gitu ga bisa !! brak !! " suaraku lantang di hadapan ibuku, sembari membanting pintu rumah dan pergi meninggalkan ibu yang berdiri emosi dan adikku yang menangis di atas kasurnya.
Dengan emosi yang masih mengepul di dalam dada dan pikiran yang berkecamuk di kepala, ku ayunkan langkah kakiku menuju masjid, ku ambil air wudhu kemudian solat dua rakaat, dan bersimpuh di hadapan Dia, yang Maha Mendengar curahan hati tiap hamba-Nya.
" wahai Dzat yang Maha Mendengar, aku datang bersimpuh di hadapan Mu dengan segala kelemahanku, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar keluhan tiap hamba Mu, dan hanya kepada Engkaulah kami mengadu.. ya Allah, ampunilah dosa hamba, dosa kedua orang tua hamba, dosa adik-adik dan keluarga hamba.. ya Allah sungguh yang hamba inginkan adalah kebaikan, hamba tidak bermaksud melawan ibu, atau membuat adik menangis, sungguh hamba menginginkan kebaikan untuk keluarga hamba, wahai yang Maha Pengampun dan Maha Bijaksana, ampunilah dosa-dosa dan kesalahan kami dan tunjukanlah hamba jalan-Mu, berikanlah hamba dan keluarga hamba hidayah dan taufik untuk mentaati-Mu, dan jadikan kami sebab hidayah bagi orang lain ". air mata ku mengalir bak anak sungai, ku curahkan segala penyesalan, kesedihan, harap dan pintaku kepada-Nya.
***
" assalamu'alaikum bang "
" wa'alikum salam, eh tomo, apa kabar ? " jawab haji sa'id sambil tersenyum. Haji abdul halim sa'id adalah tetanggaku, berasal dari suku bugis, aku memanggilnya abang, dialah yang telah berjasa dengan sabar membimbingku untuk mengenal agama. Sebelumnya kehidupanku sangat jauh dari agama, dahulu aku termasuk anak yang nakal, jarang mengerjakan solat, senang mencoba hal-hal baru sampai kepada yang di haramkan agama, ku habiskan sebagian besar waktuku nongkrong di jalan bersama gengku. Baru beberapa bulan ini haji sa'id pindah di dekat rumahku, aku pun mulai mengenalnya, dan sebab kasih sayang beriring kesabaran, Allah telah membuka hatiku untuk meninggalkan kebiasaan burukku, mulai mempelajari agama dan mendalaminya. Sebenarnya aku bisa dikatakan baru tobat dari dunia hitamku dan sedang semangat-semangatnya dalam belajar agama dan da'wah.
" alhamdulillah bae bang, bang.. ada yang mao saya sampein ni bang " sambil ku duduk mendekat di hadapan beliau. Selepas isya kami biasa duduk-duduk sambil berdiskusi di dalam masjid.
" o.. boleh, ada apa nih " suaranya begitu ramah menyejukkan hatiku.
" begini bang, tentang saya dan keluarga " aku pun mulai menceritakan perihal diriku kepada 'abang' ku. Tentang kondisi keluargaku yang masih jauh dari agama, tentang kerisauan ku kepada mereka dan keinginan untuk mengajak mereka kepada amalan-amalan agama. Aku juga jelaskan bagaimana cara ku berda'wah kepada keluarga ku dan hasil yang ku dapat, berupa pertengkaran dan protes dari pihak keluarga.
" hoo, bukan begitu caranya tom " abang tersenyum mendengar curhat ku.
" kalo gitu caranya, bukannya jadi deket dan simpati, tapi malah bikin orang jauh dari da'wah kamu "
" terus, saya harus gimana dong bang ? " Tanya ku penasaran.
" dengan akhlak " jawabnya.
" da'wah ga harus dengan perkataan, justru dengan akhlak dan perbuatanlah yang membuat orang simpati dengan da'wah " lanjutnya kemudian.
" kita perbaiki akhlak kita, sifat-sifat buruk kita, lembut, ramah, murah senyum, ringan tangan, kita contoh bagaimana rasul s.a.w dalam berda'wah. Beliau s.a.w berda'wah dengan akhlak dan contoh yang baik " ku dengarkan penjelasan abang dengan seksama. Aku rasakan memang selama ini da'wah ku begitu keras dan kasar, jauh dari yang namanya lembut dan ramah. Maklum, namanya juga baru mengenal agama dan begitu semangat dalam da'wah, tapi semangat yang tidak di iringi ilmu dan hikmah.
" tidak usah banyak bicara di rumah, tapi tunjukan akhlak yang baik. Kalo ibu dan bapak minta tolong, tomo yang paling depan. Kalo pulang sekolah, seragam, tas dan sepatu di rapihkan, kamar tomo selalu rapih dan wangi, habis makan cuci piring sendiri, kalo perlu baju tomo juga di cuci dan setrika sendiri. Menyapu , mengepel dan membersihkan rumah ga perlu di komando lagi. Kepada adik juga gitu, beri dia hadiah, makanan kesukaannya, atau temani adik ketika belajar dan berikan dia bantuan tatkala membutuhkan ". Subhanallah , semuanya belum belum pernah ku lakukan, walaupun ku telah tinggalkan dunia hitamku, tapi sifat keras, masa bodoh dan malas ku ternyata masih becokol dalam diriku. Aku pun menyadari kesalahan yang telah ku lakukan, aku hanya ingin keinginanku terpenuhi dalam waktu singkat, tanpa melihat kondisi diriku sendiri dan tidak perduli dengan perasaan orang lain di sekitarku.
" dengan begitu mereka akan simpati kepada kita, dan akan mudah mendengarkan dan menerima apa yang kita sampaikan. Dan perlu di ingat tom, dalam da'wah berilah kabar gembira dengan penuh kelembutan dan bahasa yang hikmah, jangan dengan ancaman, sikap keras dan bahasa yang kasar. Selain itu, hidupkan pula amalan-amalan sunnah dalam rumah, seperti tilawah al-qur'an, solat-solat sunnah, dhuha, tahajud, agar rumah kita penuh dengan nur ( baca : cahaya ) sebab amalan-amalan tesebut, agar malaikat senang bermain di rumah kita, dan sifat malaikat adalah ta'at kapada Tuhannya ". penjelasan abang ku dengarkan dengan begitu khusu'.
***
Ku mulai mempraktekan apa yang telah abang sampaikan kepadaku. Pulang sekolah, pakaian, tas, sepatu langsung tertata rapih. Membersihkan rumah pun rutin ku lakukan tanpa komando dari ibu, piring makanpun ku cuci sendiri, tiap kali ibu meminta bantuan aku tidak pernh menolak. Aku pun sering main ke kamar adikku dengan membawa coklat makanan kesukaannya, bercanda dengannya, mendengar curhat-curhatnya, juga membantunya dalam mengerjakan tugas-tugas sekolahnya, kebetulan aku dan adik bersekolah di tempat yang sama. Aku berusaha diam tidak banyak bicara, tapi banyak berbuat, walau hati ini miris melihat keluarga yang masih jauh dari amalan agama. Hati ku menangis melihat ibu dan adik perempuanku keluar rumah tanpa menutup auratnya, juga bapak yang masih belum melangkahkan kakinya ke masjid dan entah apakah terjaga juga solatnya.
Hubungan ku dengan anggota keluarga semakin membaik, mereka terkesan dengan perubahan yang ku alami, tidak lagi kasar dan marah-marah. Lebih rajin, ramah dan diam. Kata-kata yang terlontar dari mulutku pun bukan lagi kata-kata keras dan kasar. Keluarga ku pun senang dengan keberadaan ku di antara mereka. Ku juga hidupkan amalan-amalan sunnah di dalam rumah, seperti tilawah al-qur'an dan solat-solat sunnah, yang kata abang akan membuat rumah bercahaya dengan cahaya amal.
***
" a.. rora itu cantik yah.. " celetuk adik ku ketika kami sedang belajar bersama di ruang keluarga.
" rora ? " jawabku singkat dengan nada bertanya. Sebenarnya aku kenal dengan nama yang barusan adik ku sebutkan, tapi entah mengapa, aku seperti mendapat ilham untuk memancing adikku kepada suatu arah pembicaraan.
" iya rora, adikya teh dian " adikku beusaha menjelaskan.
" adiknya dian ? mm.. yang mana ya ? yang di kelas 1-7 yah ? " ku berusaha memancing adikku dengan nada bertanya.
" bukaaan.. jauh banget sih, itu lo Aaa yang pake jilbaab " akhirnya ! pancinganku mulai mengena.
" oo... kamu juga cantik tau kalo pake jilbab " timpalku sambil tersenyum.
Adikku diam, menunduk tersipu malu. Ku rasa adik ku menerima, dan aku bisa meneruskan kata-kataku.
" ini bener lo mba, aku ngga maen-maen, kamu pasti akan terlihat cantik dengan jilbab yang kamu kenakan, sebagaimana kamu menilai rora cantik dengan jilbabnya " adik hanya terdiam tersenyum mendengar apa yang aku sampaikan. ya, dia menerimanya. Aku terbiasa memanggil adikku dengan sebutan mba, sebab demikian pula ibu dan bapak memanggilnya di rumah.
" gini mba, segala sesuatu itu akan terlihat indah dan cantik ketika berada dalam fitrahnya, dan fitrah wanita adalah dalam jilbabnya ". ku berusaha memasukkan unsur da'wah dalam pembicaraan kami.
" iya.." jawab adikku.
" aku juga punya niatan kok untuk make jilbab " lanjutnya.
Subhanallah, begitu senangnya hatiku mendengar kata-kata yang terlontar dari mulutnya. Walau dia hanya mengatakan punya niat, tapi kata-kata itulah yang selama ini ku tunggu-tunggu.
" masya Allah.. aku seneng banget tau ngedengrnya mba, denger kamu punya niat pake jilbab dah buat hati ku berbunga-bunga " adik ku kembali tersipu malu mendengar kata-kata ku.
" mba.. niat berbuat kebaikan itu, sebaiknya cepat untuk di wujudkan, sehingga kamu pun cepat untuk mendapatkan kebaikan dari perbuatan tersebut. Trus.. jadi kapan dong kamu mau mulai pake jilbab ? " tanyaku memancing.
Adik ku terdiam sejenak.
" insya Allah kalo nanti naek kelas dua " jawabnya singkat.
Ya Allah, mataku berkaca-kaca, terharu bahagia mendengar jawaban dari adikku yang sangat ku sayang.
" alhamdulillah, mba.. aku seneng banget dengernya, terus di kuatin niatnya ya mba " ku berusaha memberinya semangat
" insya Allah, aa juga doain ya " jawabnya menyejukkan hatiku.
Hari itu adalah hari yang begitu bahagia bagiku, mendengar niatan adikku untuk mulai menutup auratnya di kelas dua.
***
Minggu depan sekolah masuk hanya hari senin, selasa dan kamis, bertepatan dengan hari libur nasional, dan rapat sekolah. Kami menyebut minggu itu HARPITNAS ( hari kejepit nasional ), teman-teman banyak yang merencanakan untuk tidak masuk selama satu minggu dan menghabiskannya untuk berlibur ke luar kota.
Dan adikku pun telah merencanakan untuk menghabiskan waktu liburnya di kuningan jawa barat, bersama novita adik ibu yang seumuran dengannya, dan bertepatan pula dengan undangan pernikahan salah satu anggota keluarga dari pamanku iparku, paman iparku menikah dengan cing irma adik ibu. Ibu dan bapak pun setuju dengan rencana liburan adikku.
" mba.. kemarenkan kamu niat mao make jilbab di kelas dua yah, masya Allah.. niat itu bagus banget mba ". ku mulai pembicaraan dengan adikku berdua di ruang keluarga.
" he emh " angguk adikku.
" minggu depan kan kamu rencana ga masuk sekolah nih, satu minggu itu waktu yang lama loh ngga ketemu ama temen-temen " lanjutku.
" iya sih, tapi ga apa-apalah, sekali-kali refresing, lagian rumah om ucu kan di kaki gunung ceremai. Tau ga A.. kami udah ngerencanain mao naek gunung tau, hehe " adikku terlihat begitu senang dengan rencana liburannya.
" wah asyik dong, duh sayang ya aku ga ikut, ku banyak kegiatan sih minggu depan, jadi ga bisa ikut " timpalku.
" gini mba.. kamu kan bakalan lumayan lama nih ga ketemu temen-temen, gimana kalo pas nanti masuk sekolah, kamu masuk dengan penampilan baru " aku mengajukan tawaran kepada adikku.
" maksudnya ? " adikku belum paham maksud pembicaraanku.
" kamu kan niat mau pake jilbab di kelas dua nanti, nah.. liburan ini kan lumayan lama, jadi gimana kalo niat kamu pake jilbab dimajuin minggu depan " jelasku.
Adikku terdiam.
" mba.. kamu udah punya niat yang mulia, niat yang baik, dan niatan baik itu sebaiknya cepat untuk di wujudkan. Coba pikir, berapa kebaikan yang akan kamu dapat jika kamu mempercepat niat baik kamu. iya kan ? kamu akan buat Allah senang, juga kebaikan dan pahala akan kamu dapatkan". aku berusaha membujuk adikku.
" iya sih " jawabnnya.
" tapi gimana ya.." adikku tampak ragu.
" gimana apanya ? " tanyaku.
" aku kan belom punya pakean muslim, batiknya ntar gimana, aa kan tau sendiri sekolahan kita kan ketat, kalo ngga pake seragam nanti di hukum " jawabannya membuat kati ku senang, ini pertanda adikku siap.
" jadi kamu setuju ? kalo masalah itu mah gampang, pokoknya nanti kamu seneng-seneng aja di kuningan, semuanya aku yang ngurus. Nanti aku yang beliin bahan batik dan jaitin untuk kamu, pokoknya kamu pulang semua beres deh, gimana ? ". tawarku berusaha menenangkan dan meyakinkannya.
Adikku berfikir sejenak.
" iya deh "
Akhirnya, jawaban yang kuharapkan terlontar dari mulutnya. Jawaban yang membuat hatiku begitu gembira.
" alhamdulillah " ku bersyukur kepada Allah atas hari ini.
" Insya Allah nanti aku ikut deh nganter kamu, jalannya besok, sabtu sore kan ? aku juga mau nginep sehari ah, pengen tau juga gunung ceremai kaya gimana "
Kami berangkat selepas asar menuju kuningan. ibu, bapak dan adik laki-lakiku pun ikut, sebab ibu dan bapak juga di undang untuk menghadiri resepsi pernikahan, walaupun tidak bisa hadir di hari H nya karena bapak harus masuk kerja. Lepas isya kami baru sampai di rumah pamanku. Di sana begitu ramai, semua keluarga pamanku kumpul guna menyiapkan resepsi pernikahan yang akan di laksanakan hari selasa. Rumah pamanku pun jadi ramai sekali, kami yang baru datang dari perjalan jauhpun sulit untuk beristirahat.
Pagi harinya aku dan keluarga menyempatkan diri untuk jalan-jalan di kaki gunung ceremai, pemandangannya begitu indah. Jam 10 pagi kami sudah sampai kembali di rumah pamanku, sebab jam satu siang ibu dan bapak berencana pulang kembali ke tangerang.
Adikku menghampiri ibu yang sedang menyiapkan tas untuk pulang.
" mak, aku kayanya ngga jadi nginep deh, aku mao pulang aja ". adikku mulai berbicara.
" loh kenapa ? katanya mao seminggu di sini, kan katanya masih mao naek gunung ? " Tanya ibuku.
" ga enak ah.. di sini rame banget, aku males jadinya " jawab adikku.
" kamu yakin mao pulang aja dan ga jadi nginep ? berarti kamu besok harus sekolah loh, liburnya ga jadi, kamu kan ada di rumah " ibuku ingin meyakinkan.
" iya, ga pa-pa lah ". sepertinya adikku tidak bisa di rubah lagi keinginannya.
" loh ?! kamu kok ikut naek ke mobil ? ". Tanya ku keheranan, melihat adikku membuka pintu mobil dan hendak masuk.
" aku ga jadi nginep, mao ikut pulang ajah ". jawab adikku sambil masuk dan duduk di belakang kursi bapak, aku duduk di kursi supir.
" kenapa ? katanya mau seminggu, kan masih mau naek ceremai ? " aku masih keheranan, tapi yang lebih menghawatirkan ku adalah, bagaimana niatnya untuk pakai jilbab kalau begini, aku pusing.
Aku terus berfikir selama perjalanan, mengenai niatan adikku untuk menutup auratnya setelah pulang dari kuningan, sedangkan rencana liburannya di batalkan. aduh bagaimana ini.
" mba.. trus gimana rencana kamu untuk pake jilbab ? " ku mulai bertanya kepada adikku.
" duh gimana ya.. " dia pun tampak bingung.
" masya Allah, mba.. kamu kan udah niat nanti kalo kelas dua, trus kamu majuin minggu depan, nah sekarang gimana kalo niat baik itu di jadiin besok aja ? " tanyaku lagi.
Adikku hanya terdiam. Aku pun mulai memberikannya semangat, tentang baiknya bersegera mewujudkan niat yang mulia, dengan janji pahala yang akan Allah berikan, aku terus berusaha meyakinkannya untuk mewujudkan niatnya yang mulia.
" duh gimana ya.. langsung gitu ya..? " tanyanya bimbang.
" nyantai aja lagi mba, ngga pa-pa, ni niat yang baik nih, jangan di tunda-tunda lagi, lagian kamu emang udah siap kan ? Cuma perkara waktu aja. ya udah.. di jadiin besok aja, ngga masalah kan " aku berusaha membujuknya.
" tapi gimana busana muslimnya, aku kan belom punya seragam muslimah untuk besok, jilbab, baju dan rok panjang kan belom ada, trus batiknya ? ". memang ketika itu adikku belum punya busana muslim, sebab ku baru akan membelikan bahan dan menjahitkan bajunya hari senin.
" mak toko barkah hari minggu bukakan ? ". tanyaku kepada ibuku.
" buka " jawab ibuku singkat.
" tuh..kalo emang kamu siap, mobil ini langsung aku belokin ke barkah dan kita belanja seragam muslimah buat kamu. Terus masalah batik, tenang aja nanti aku yang ngurus, aku yang bakalan ngomong ama pihak sekolah kalo kamu belom bisa pake seragam batik untuk minggu ini, aku juga kan cukup di kenal ama pihak sekolah ". ku berusaha meyakinkan adikku.
" gimana mba.. setuju ngga ? ". ku kembali bertanya.
Adikku terdiam, dia masih berfikir dan masih agak ragu. Aku pun terus berusaha membujuk dan meyakinkannya.
" iya deh, aku siap ". ya Allah, ku tidak dapat menggambarkan bagaimana senangnya hati ku ketika mendengar kesiapan adikku pada akhirnya.
" alhamdulillaah.. kalo gitu sekarang mobil ku belokin kebarkah ya, jadi kita ngga langsung ke rumah, kita belanja dulu buat mba uwi ".
***
Senin pagi, hari yang bersejarah untuk adikku dan juga bagiku. Hari ini adalah hari pertama baginya mengenakan busana barunya, busana fitrahnya, busana yang akan menjaga kehormatan dan kemuliaanya.
adikku pun keluar kamarnya dengan penampilan barunya, rok biru dan baju putih panjang, ditambah jilbab putih yang menutupi kepalanya, begitu cantik dan anggun. Air mataku pun berlinang, mengiri kebahagiaanku di pagi itu. Pagi itu begitu indah, begitu damai, begitu cantik.
Wahai adikku.. kau begitu cantik.. love you so much..
ku persembahkan tulisan ini untuk adikku tersayang, yang selalu ku rindu, semoga kau menjadi sohabiyah-sohabiyah akhir zaman, ku titipkan adik-adik kepadamu, bimbinglah mereka dengan penuh cinta, kasih sayang dan kelembutan.... dari aa mu yang selalu merindukanmu..
"ditulis oleh kakak saya fadhil salamah yang sedang menuntut ilmu di al-azhar cairo"
Labels: Cerpen

