Thursday, 22 March 2012

Mensyukuri yang Sedikit

Orang yang tidak pernah memuji Allah atas nikmat air dingin yang bersih dansegar, ia akan lupa kepada-Nya jika mendapatkan istana yang indah, kendaraanyang mewah, dan kebun-kebun yang penuh buah-buahan yang ranum.



Orang yang tidak pernah bersyukur atas sepotong roti yang hangat, tidak akanpernah bisa mensyukuri hidangan yang lezat dan menu yang nikmat. Orang yangtidak pernah bersyukur dan bahkan kufur tidak akan pernah bisa membedakanantara yang sedikit dan yang banyak. Tapi ironisnya, tak jarang orang-orangseperti itu yang pernah berjanji kepada Allah bahwa ketika nanti Allahmenurunkan nikmat kepadanya dan menyirami mereka dengan nikmat-nikmat-Nyamaka mereka akan bersyukur, memberi dan bersedekah.



Dan, di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah,"Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami,pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yangsaleh." Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian darikarunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan merekamemanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). (QS At-Taubah:75-76)



Setiap hari kita banyak melihat manusia model ini. Hatinya hampa, pikirannyakotor, perasaannya kosong, tuduhannya kepada Rabbnya selalu yang tidaksenonoh, yang tidak pernah memberi karunia yang besarlah, tidak pernahmemberinya rezkilah, dan yang lainnya. Dia mengucapkan itu ketika badannyasangat sehat dan serba kecukupan. Dalam kemudahan yang baru seperti itusaja, dia sudah tidak bersyukur. Lalu bagaimana jika harta yang melimpah,rumah yang indah, dan istana yang megah telah menyita waktunya? Yang pastidia akan lebih kurang ajar dan akan lebih banyak durhaka kepada Rabbnya.



Orang yang bertelanjang kaki, karena tidak punya alas kaki mengatakan,"Sayaakan bersyukur jika Rabbku memberiku sepatu." Tapi orang yang telahmemilikisepatu akan menangguhkan syukurnya sampai dia mendapatkan mobil mewah.



Kurang ajar sekali. Kita mengambil kenikmatan itu dengan kontan, namun mensyukurinya dengan mencicil. Kita tak pernah bosan mengajukankeinginan-keinginan kita, tapi perintah-perintah Allah yang ada disekeliling kita lamban sekali dilaksanakan.


oleh :Ella Jameela
***Sumber: Laa Tahzan (Jangan Bersedih!),Karya Dr. Aidh Al-Qarni, terbitan Qisthy Press.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home